LUWU — Bupati Luwu, H. Basmin Mattayang melalui Asistes III Bidang Administrasi Umum, Baharuddin mengukuhkan Alumni Sekolah Budaya Luwu (SBL) I La Galigo angkatan III tahun 2020 dalam sebuah acara ‘Mappatemme Sikolah’ di Baruga Arung Senga Kelurahan Senga Kecamatan Belopa.
Asisten III dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada para Pengurus Yayasan SBL yang telah berjuang untuk mendirikan Sekolah Budaya Luwu demi melestarikan tatanan dan nilai-nilai adat budaya Luwu yang merupakan salah satu pilar budaya bangsa.
Baharuddin menuturkan sekolah Budaya Luwu ini sangat memberikan dampak yang baik bagi masyarakat Luwu, saya juga merasakannya karena salah satu siswanya adalah istri saya, selama belajar di SBL dirinya selalu mengingatkan saya dengan kata “Lempu” (jujur). Artinya dalam mengabdi, bersosialisasi dengan masyarakat kita selalu diingatkan untuk selalu menjunjung tinggi kejujuran, selalu berada di jalan yang lurus, ikhlas dan sabar.
“Itulah salah satu makna yang terkandung dalam tatanan budaya Luwu. Oleh karena itu, pemerintah memberikan apresiasi terhadap upaya para pengurus Yayasan SBL yang telah menggagas Sekolah Budaya ini,” kata Baharuddin
Dakunya, Sekolah Budaya Luwu ini harus mendapat perhatian dari semua elemen masyarakat agar bisa lebih berkembang
“Meski dengan sarana dan prasarana yang sederhana, tidak mengurangi semangat para siswa untuk mempelajari budaya Luwu, ini menjadi tanggung jawab kita semua untuk mengembangkan Sekolah Budaya. Ini segera akan saya laporkan ke Bapak Bupati,” ujar Baharuddin, 26 Oktober 2020.
Sementara itu Anggota Dewan Adat 12 Kedatuan Luwu, Maddika Bua, Andi Syaifuddin Kaddiraja Opu To Sattiaraja menjelaskan makna penggunaan beras yang ditaburkan pada Tari Paduppa
Ia menjelaskan pada Tari Paduppa, ada gerakan para penari yang menaburkan beras, beberapa kalangan mengatakan itu hal yang mubassir, di sini saya akan menjelaskan bahwa penggunaan beras yang ditabur dan jatuh ke tanah justru memiliki makna bahwa manusia itu berbagi kepada mahkluk Allah SWT yang lainnya yang ada di bumi.
Maddika Bua lanjut menerangkan bahwa setelah mendapat rezeki, maka mahkluk tersebut akan mendoakan hal-hal yang baik dan kesuksesan bagi kita. Berbeda jika kertas dan plastik yang ditabur, hal ini justru akan mengotori bumi dan akan menjadi beban berat bagi bumi.
Sisi lain, Andi Syaifuddin Kaddiraja Opu To Sattiaraja, juga mengingatkan untuk tidak malu jika beraktivitas secara tradisional, berucap secara tradisional, juga tingkah laku tradisional tetapi wawasan harus internasional.
Pada penamatan Angkatan III ini, Sekolah Budaya Luwu menamatkan siswa sebanyak 60 orang dari unsur Tim Penggerak PKK Kab Luwu, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Kabupaten Luwu, para pendidik dan unsur organisasi wanita lainnya.(**)
Komentar